
Green Career Gate menyelenggarakan sharing session daring bertajuk Green Sparks: The 3E-Chronicles “Dilema Generasi Muda Indonesia: Krisis Iklim dan Ketidakpastian Karier” Jumat (30/5). Stephanie Dinda Iskandar, Muh. Haikal Maulana Al Adsuri, dan Muh. Adiwarman Cahyana dari Green Career Gate hadir sebagai pembicara dalam acara daring yang diselenggarakan melalui platform zoom.
Diskusi ini memberi ruang bagi generasi muda untuk mengeksplorasi mimpi, kecemasan, dan harapan mereka terkait tiga fokus utama: Lingkungan (Environment), Ekonomi (Economy), dan Ketenagakerjaan (Employment). Tujuan diselenggarakannya acara ini untuk menginspirasi dan membantu generasi muda menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketidakpastian karier.
Para narasumber mengungkapkan berbagai kekhawatiran. Seorang engineer, Haikal, mengungkapkan kekhawatiran generasi muda terhadap perkembangan pesat Artificial Intelligence (AI). Mengutip data World Economic Forum tahun 2024, Haikal menyatakan bahwa lebih dari 70% anak muda atau gen Z cemas akan masa depan karier mereka di tengah kemajuan AI. Ia juga menambahkan kekhawatiran lain terkait industri hijau, “Isu dari green industry itu pemerintah belum mendukung secara kebijakan, bahkan secara pendanaan. Jadi kalau kita berkarir di sektor hijau, ketakutan terbesarnya itu adalah kebijakan.”
Mewakili perspektif ilmu sosial humaniora, Stephanie menekankan pentingnya keterbukaan elit terhadap aspirasi generasi muda terkait isu lingkungan dan keberlanjutan, serta kurangnya kesempatan kerja di bidang green jobs bagi mereka yang memiliki latar belakang ilmu sosial humaniora. Adiwarman, mewakili generasi muda Sulawesi Tengah yang tumbuh di tengah ancaman bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi tahun 2018, mengungkapkan kekhawatiran terbesarnya akan ketidakpastian masa depan karier. Ia menyoroti kerusakan lingkungan Sulawesi Tengah akibat maraknya industri ekstraktif yang mengabaikan dampak negatifnya. Kurangnya dukungan struktural sebagaimana yang diutarakan Haikal sebelumnya semakin memperburuk situasi. Adiwarman juga menekankan kesenjangan akses terhadap peluang kerja hijau antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Perubahan iklim dan ketidakpastian karier menjadi dilema besar bagi generasi muda Indonesia. Namun, sharing session Green Sparks: The 3E-Chronicles menawarkan secercah harapan. Para narasumber menyampaikan perspektif optimistis tentang masa depan pekerjaan di sektor ekonomi hijau, potensi besar bonus demografi dan pentingnya kolaborasi. Stephanie menekankan peran Green sparks dan platform serupa sebagai wadah bagi generasi muda untuk tetap optimis, terus berkembang, dan mengatasi ketakutan akan masa depan.
Haikal menekankan dua poin utama yang mendorong optimisme, kesadaran diri dan akses teknologi. Sebagai generasi Z yang sangat merasakan dampak krisis iklim, kesadaran ini, menurutnya, membawa harapan akan dunia kerja yang lebih berorientasi pada nilai-nilai sosial dan tanggung jawab. “Nah, contohnya, ya sudah, acara ini. Green Spark ini kan muncul akibat dari kesadaran diri dari teman-teman semua.” Dengan adanya perluasan akses teknologi dan peningkatan kesadaran diri tentu diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara daerah pedesaan dan perkotaan, serta menciptakan kondisi yang lebih seimbang.

Reporter; Nofita Wahyu Widjayanti
Koordinator Liputan; Zaskia Nizwa Hairunisa
Redaktur; Erlina Ayu Lestari, Wulan Ramadhina
Leave a Reply