
Lingkar Studi Feminis (LSF) bersama Puan Tangerang Raya (PUANTARA) menggelar diskusi publik bertajuk “Feminisme Islam, Menguak Tabir Kesetaraan dalam Bingkai Agama” bertempat di samping Aula Student Center UIN Jakarta Rabu (2/7). Diskusi ini menyoroti bagaimana feminisme dan Islam sebenarnya sejalan dalam memperjuangkan keadilan.
Feminisme dalam perspektif Islam kerap disalahpahami. Salah satu narasumber, Juliani, menegaskan bahwa feminisme sejatinya memperjuangkan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan. “Feminisme itu sebenarnya mereka ingin mengusahakan bagaimana mereka punya kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa Islam sejatinya menjamin keadilan bagi perempuan, meskipun masih banyak tafsir yang bias. Menurutnya, Al-Qur’an adalah kitab suci yang datang dari Allah yang Maha Adil, sehingga nilai-nilainya pun menjunjung keadilan. Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin seharusnya menjadi dasar untuk menegakkan keadilan, termasuk keadilan gender.
Salah satu peserta, Irhamna, mengaku semula ragu karena menganggap feminisme berasal dari budaya Barat yang sekuler. Namun setelah mengikuti diskusi, pandangannya berubah. “Al-Qur’an itu memang memperjuangkan hak perempuan, tapi mungkin gak ada yang bilang itu feminis.“
Penyelenggara acara, Cala menjelaskan latar belakang diskusi ini untuk menjembatani kesalahpahaman antara feminisme Islam dan Barat. Ia berharap peserta dapat lebih memahami isu kesetaraan gender dan keperempuanan.
“Islam dengan feminisme itu bisa berjalan beriringan karena Islam dan feminisme sama-sama membutuhkan adanya keadilan.” Tantangan terbesarnya adalah stigma buruk feminisme, di mana banyak orang awam yang tidak tahu dan tidak ingin mengkaji lagi lebih dalam soal feminisme itu sendiri.
Reporter: Fauza Gusriyan
Juru Kamera: Levin Maharizki
Koordinator Liputan: Ayu Fauziah
Redaktur: Erlina Ayu Lestari, Wulan Ramadhina
Leave a Reply