DNK TV

Muda, Kreatif, Produktif

P3ID FDIKOM UIN Jakarta Gelar Diskusi Dakwah: Soroti Relevansi Wahyu dan Minimnya Dosen Ahli

Sesi foto bersama Jajaran Dekanat dan Dosen pada Diskusi P3ID “Dakwah dalam Perspektif Islam dan Hadist” (DNK TV/Azka)

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fdikom) UIN Jakarta menggelar diskusi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah (P3ID) dengan tajuk “Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis” yang bertempat di Ruang Meeting Lantai 2 dan dihadiri oleh jajaran Dekanat bersama para dosen Fdikom.


Diskusi ini menjadi respons akademik atas kekhawatiran akan merosotnya perhatian terhadap ilmu dakwah di lingkungan akademik, khususnya di Fdikom UIN Jakarta. Menurut Ketua Pelaksana, Study Rizal, diskusi ini juga menjadi bentuk respons terhadap minimnya riset dan pengajaran ilmu dakwah, yang seharusnya menjadi identitas utama fakultas ini.

“Ada rasa keprihatinan dari kalangan dosen melihat perkembangan ilmu dakwah di Fdikom ini. Mata kuliah dakwah dan keilmuannya makin kesini makin sedikit,” ujar Ketua Pelaksana, Study Rizal.

Tema Al-Quran dan hadis diangkat dalam diskusi karena keduanya dipandang sebagai fondasi utama dakwah yang tetap relevan sepanjang zaman, membentuk karakter sekaligus menjawab tantangan zaman era modern. 

Menurut Dosen Program Studi Manajemen Dakwah, Muhammad Zen, nilai-nilai dakwah yang bersumber dari wahyu tetap relevan hingga saat ini. Termasuk metode Nabi Muhammad SAW seperti bil hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujadalah, yang dinilai masih efektif apabila diterapkan secara kontekstual dalam realitas dakwah masa kini.

Keresahan terhadap menurunnya jumlah dosen yang berlatar belakang ilmu dakwah turut disampaikan oleh Wakil Dekan Fdikom UIN Jakarta, Rubiyanah, “Belakangan ini setelah banyak dosen bidang dakwah yang sudah tidak ada, kita agak sedikit krisis,” ujarnya dalam diskusi.

Hal ini berdampak pada distribusi pengajaran yang kurang ideal, di mana satu dosen harus merangkap mengajar di beberapa program studi. Rizal menuturkan bahwa keterbatasan jumlah dosen menyebabkan sebagian besar tenaga pengajar harus menangani lebih dari satu program studi secara bersamaan. “Sehingga banyak dosen-dosen itu punya beban lebih, contohnya dia harus memegang satu jurusan, akhirnya mendapat dua sampai tiga jurusan. Saya dosen di MD, tapi saya juga ngajar di prodi KESOS, di BPI, di KPI, bahkan pernah juga di Jurnalistik,” ujar Rizal.

Menurut ketua pelaksana, Rizal, beban yang menumpuk ini muncul karena belum adanya dosen pengganti. Ia menegaskan bahwa idealnya setiap program studi memiliki dosen yang secara khusus fokus pada keilmuan dakwah.

Kondisi inilah yang mendorong P3ID untuk menginisiasi diskusi-diskusi keilmuan secara berkala, guna menghidupkan kembali basis ilmu dakwah yang kokoh dan terstruktur di lingkungan akademik Fdikom. P3ID merencanakan diskusi rutin dengan pendekatan multidisipliner, yakni melibatkan perspektif antropologi, sejarah, komunikasi, kesejahteraan sosial, hingga jurnalistik. Tujuannya adalah agar nilai-nilai dakwah dapat terintegrasi dalam setiap program studi dan menjadi landasan dalam pengembangan dunia akademik maupun kehidupan sosial.

Reporter; Selvi Novitasari

Juru Kamera;  Azka Prathama

Asisten Koordinator Liputan; Maula HanifaRedaktur; Wulan Ramadhina, Aisyah Salsabila, Zaskia Nizwa Hairunisa, Erlina Ayu Lestari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *